RSS Feed

Barang Milikku yang Paling Berharga Adalah Kamu

Posted by Mochammad Reza


Malam telah larut. Bintang pun mulai menyapa rembulan. Situasi yang semula ramai, berangsur sepi. Hanya terdengar satu atau dua kendaraan yang sedang melaju di jalanan. Di malam yang telah memuncak ini, di tengah hampir semua orang telah terlelap, sekelompok orang berdendang sambil memainkan gitarnya. Memecah keheningan malam. Entah maksud apa di balik dendangan tersebut. Ya mungkin saja mereka sedang melepas kejenuhan atau menghabiskan waktu karena tak bisa tidur. Apapun alasannya, aku tak mau ambil pusing.

Aku terpuruk di sini. Di kamarku yang berukuran 3x3 meter, di atas matras tempatku biasa merebah. Jarum jam masih setia berputar, menemaniku kesendirianku, menunjukkan bahwa hari sudah dini. Namun, mata ini tak kunjung terlelap. Padahal raga ini sudah letih setelah beraktivitas seharian penuh. Raga yang butuh memulihkan kembali sel-sel hingga organ di dalamnya. Tak seperti malam-malam sebelumnya, kali ini aku terserang insomnia. Tak tahu harus berbuat apa, kuputuskan untuk membuka komputer. Di dalam salah satu foldernya, kutemukan sebuah tulisan yang di-download salah seorang temanku. Judulnya cukup menarik perhatianku. Spontan aku langsung membaca tulisan tersebut.

Cerita singkatnya kira-kira begini. Sepasang muda-mudi menikah karena dijodohkan orang tua. Hal yang biasa terjadi pada masa itu. Masa-masa yang indah hingga perselisihan dan cek-cok pun mulai terjadi. Pasangan suami istri tersebut bekerja dalam institusi yang sama sehingga berangkat dan pulang kerja pun bersama setiap harinya. Suatu hari mereka kerja lembur, mengadakan stock opname di gudang hingga pukul 02.00 dini hari. Merasa letih dan lapar sesampainya di rumah. Suami menyuruh sang istri untuk menyiapkan makanan. Karena juga merasa letih badan dan pikiran, akhirnya istri menolaknya dengan nada keras. Bara itu pun seketika berubah menjadi kobaran api. Sang suami tidak menerima perlakuan istrinya terhadap dirinya.

”Kamu tidak senang, ya? Kalau tidak senang, kamu pergi saja sekarang dari rumah ini!!!", bentak lelaki tersebut.

Setelah terdiam beberapa saat, wanita itu kemudian berkata sambil menitikkan air mata, ” Kamu ingin aku pergi... aku akan pergi sekarang.”

Ia pun pergi ke dalam kamar untuk mengemasi barang-barangnya. Waktu yang terus berjalan, menghabiskan menit hingga menit berikutnya, namun wanita itu tak kunjung keluar. Merasa aneh, lelaki tersebut menyusul ke dalam kamar dan mendapatinya tengah duduk di ranjang dengan linangan air mata sambil menatap koper besar yang masih tergeletak di atas ranjang.

Melihatnya datang, wanita itu dengan terisak berkata,” Duduklah di atas koper kulit
itu, supaya aku bisa mengenang masa-masa perpisahan kita yg terakhir."

”Untuk apa?”
Sambil menangis wanita itu berkata,” Emas dan perak aku tak memilikinya... tapi milikku yang paling berharga adalah kamu!!”

Cerita sederhana yang saat itu juga membuatku sadar. Betapa seringnya kita menilai kehidupan hanya sebatas materi. Meskipun tubuh manusia ini sebenarnya juga termasuk ke dalam wujud materi. Sesuatu yang berharga, dalam arti yang sesungguuhnya, dikamuflasekan menjadi kondisi berharga dalam arti yang semu. Ketenangan jiwa yang tak bisa tergantikan dengan sebentuk materi. Semoga kita dapat menemukan benda berharga itu di dalam kalbu kita masing-masing. Karena barang milikku yang paling berharga adalah kamu.

0 comments:

Posting Komentar