RSS Feed

Enzo: The Art of Racing in the Rain

Posted by Mochammad Reza


Tubuh yang berbulu, lidah yang menjulur, serta ekor yang mengibas. Ya, itulah deskripsi sederhana seekor anjing. Sajian ringan yang ditulis oleh Garth Stein ini menampilkan seekor anjing sebagai tokoh utamanya. Anjing “jenius” ini diceritakan sangat suka menonton televisi, khususnya National Geographic dan balap mobil Formula 1.

Enzo, begitulah namanya. Dia hanyalah seekor anjing campuran Labrador. Akan tetapi dibalik tubuh anjingnya, Enzo bukanlah anjing. Enzo dapat “memahami” akan lingkungan sekitarnya, punya pendapat sendiri tentang sesuatu, dan dapat membuat keputusan sendiri berdasar olah pikirnya. Hal yang sangat berbeda dengan anjing pada umumnya, yang mengandalkan kekuatan insting untuk melakukan segala sesuatunya. Inilah yang menjadi keunikan dan daya tarik novel ini. Tak salah bila sang penulis menyebut novel ini sebagai novel tentang seekor filsuf.

“Memang aku dimasukkan ke dalam tubuh seekor anjing, tapi itu hanya kulit luar. Di dalamnyalah yang penting. Jiwa. Dan jiwaku sangat manusiawi.” kata Enzo. Anjing yang memiliki keinginan kuat untuk menjadi seorang manusia, hanya karena dia percaya bahwa seekor anjing yang telah siap akan bereinkarnasi menjadi seorang manusia di kehidupan selanjutnya. Kepercayaan kuat yang didapatnya dari menonton tayangan televisi National Geographic. Kepercayaan yang lambat laun berubah menjadi keyakinan.

Banyak nilai-nilai yang terkandung di dalam novel ini, meskipun terkadang bahasa yang disajikan oleh penulis masih dianggap kasar bagi sebagian orang. Enzo yang hanya seekor anjing memperhatikan kehidupan Denny, majikannya. Mulai dari cinta, konflik, hingga perselisihan yang terjadi. Seperti dituliskan sebelumnya, Enzo pun berargumen mengenai berbagai persoalan yang terjadi. Dalam perjalanan hidupnya, Enzo pun telah banyak menyaksikan tingkah laku hingga perilaku manusia. Pernah Enzo bermimpi menjadi saksi di persidangan Denny atas dugaan perkara pelecehan seksual anak di bawah umur. Melalui bantuan alat ciptaan Stephen Hawking, Enzo memaparkan kebenaran yang terjadi pada malam tersebut.

The art of racing in the rain, yang dalam terjemahan bebasnya adalah seni membalap di guyuran hujan. Penulis menjelaskan secara gamblang mengenai teknik membalap dalam kondisi hujan. Tak hanya diperlukan skill yang mumpuni, namun perlu mengasah ketajaman analisis kondisi lapangan agar tak tergelincir. Apakah Denny mampu membuktikan bahwa ia tak bersalah di muka pengadilan ataukah Enzo akhirnya bereinkarnasi menjadi manusia, saya rasa lebih tepat Anda mencari jawabannya sendiri dengan membaca karya Garth Stein tersebut.

Terlepas dari realitas reinkarnasi, Enzo mengajarkan pada kita bahwa keyakinan akan sesuatu, entah itu mimpi, harapan, ataukah cita-cita, atau bahkan dalam konteks yang lainnya, adalah modal pertama yang harus dipunyai, walaupun pada akhirnya tercapai atau tidak, ada atau tidak, karena memang masa depan adalah suatu misteri. Novel yang pantas untuk Anda baca. Novel sarat nilai-nilai filosofis, serta dengan gaya bahasa yang mudah dipahami, layaklah novel ini mendapat penghargaan serta disejajarkan dengan novel Life of Pi (Yann Martel).

"Kalah balapan itu tidak memalukan...yang memalukan adalah tidak membalap karena kau takut kalah" (tokoh Don Kitch dalam novel Enzo,2009)

0 comments:

Posting Komentar