RSS Feed

Puasa, Relasi Sosial, dan Kebahagiaan

Posted by Mochammad Reza


Penelitian menunjukkan, kebahagaiaan pada masyarakat individualistis sekalipun, ternyata terletak pada kedekatan relasi sosial, bukan pada sukses karier dan harta. Puasa bisa menjadi sarana untuk berkontemplasi.

Jalaluddin Rahmat, kyai sekaligus pakar psikologi komunikasi, menyatakan bahwa puasa mestinya juga berarti puasa bicara. Mendengar ini, sepintas mungkin kita mengartikan harus lebih banyak menyendiri. Bagaimana nanti kalau dianggap aneh dan dijauhi kawan dan sanak saudara? Tentu ia tidak bermaksud rumit dan aneh.

Puasa bicara lebih dimaksudkan agar kita menyediakan waktu lebih banyak untuk menjalin relasi dengan Allah dalam hati, dan tidak berbicara hal-hal yang tidak perlu, seperti menjelek-jelekkan orang lain, bicara hal-hal yang kotor, dan sebagainya. Dengan puasa bicara, ada kesempatan untuk diam meditatif (hening), sehingga hati lebih damai, dan damai pula saat berhadapan dengan orang lain.


Puasa bicara juga merupakan kesempatan berefleksi, mengamati gerak-gerik pikiran, perasaan, dan perbuatan kita dalam relasi dengan diri sendiri, Tuhan, orang lain, dan lingkungan hidup kita. Dengan demikian, kita akan memiliki kesadaran lebih luas (lebih utuh) mengenai hidup dan menemukan makna yang mendalam. Salah satu buah spiritualitas ini adalah perasaan terkoneksi dengan orang lain dalam komunitas di mana pun kita berada.

Perasaan terkoneksi dalam komunitas membuat kita tidak merasa berjarak dengan orang lain. Kita berhubungan dengan mereka secara lebih nyaman. Bagaimanapun, relasi sosial yang harmonis merupakan salah satu kunci kesehatan dan kebahagiaan.

Pentingnya relasi sosial
Relasi sosial yang erat dan suportif (memberikan rasa suka, bersifat menyetujui, dan membesarkan hati) dengan teman dan keluarga, berkaitan erat dengan kesehatan dan kebahagiaan. Myers (2005) dalam buku Social Psychology menyajikan berbagai hasil penelitian yang menggambarkan hal itu.

Pertama, adanya peran positif relasi sosial yang erat terhadap kesehatan, disimpulkan setidaknya dari 8 hasil penelitian besar-besaran yang masing-masing melalui wawancara terhadap ratusan orang selama bertahun-tahun.

Riset lain menemukan bahwa orang yang hidup sendiri, lebih sering stres, kurang tidur, dan berkeinginan bunuh diri, lebih besar risiko kesehatannya. Mereka yang mudah berhubungan dengan orang lain (outgoing), afektif (penyayang), dan berorientasi pada hubungan, tidak hanya banyak teman, melainkan juga tak mudah sakit meskipun diinjeksi virus flu (hasil eksperimen).

Hasil penelitian lima tahun terhadap 423 pasangan lansia, menunjukkan bahwa mereka yang banyak menerima dukungan sosial (dari keluarga, teman, tetangga, pasangan) memiliki umur lebih panjang (penelitian ini sudah mengontrol faktor usia, jenis kelamin, status kesehatan awal, dan status ekonomi).

Ada kisah menarik melengkapi gambaran ini (Aronson dkk, 2007). Pembalap sepeda ternama dunia, Lance Amstrong (22 tahun) divonis kanker testis serius, telah menyebar ke daerah perut, ginjal, dan otak. Seorang ahli yang mengobservasi keadaannya memperkirakan kesempatan hidupnya sangat kecil, hanya 3 persen.

Namun, Amstrong menghadapi keadaannya itu sebagai sebuah tantangan. Ia memanfaatkan waktu yang ada untuk mengerahkan pengetahuan perihal penyakitnya melalui dokter, keluarga, teman-teman. Pada saat itu (tahun 2000), ia menyatakan diri harus menghadapi kanker itu benar-benar secara fokus, dan lebih baik dari yang pernah dilakukannya saat lomba balap sepeda.

Dengan dukungan penuh dari orang-orang sekelilingnya, tiga tahun kemudian ia kembali sehat, telah mengikuti kompetisi balap sepeda dunia, dan memenang¬inya! Apakah ini sebuah keajaiban/mujizat?

Amstrong sendiri tidak mengerti mengapa ia bisa demikian. Yang pasti, ia merasakan dukungan luar biasa selama sakit dari orang-orang di sekitarnya. Terutama ibunya, yang memberikan waktunya secara penuh untuk mengatur jadwal, mengontrol diet, terapi, dsb. Para sahabatnya berkumpul saat ia menjalani pembedahan, dan sesudahnya teman-teman itu masih bersatu, makan bersama di sebuah restoran di seberang rumah sakit. Ia juga berhubungan sangat baik dengan para perawat dan dokter yang menanganinya.

Bahwa dukungan sosial berperan positif untuk kesembuhan pasien, sesuai dengan berbagai hasil penelitian (dalam dan luar negeri). Dukungan sosial sangat dibutuhkan, khususnya bila seseorang mengalami stres (karena penyakit, dll). Keberadaan teman dekat dan keluarga yang memberikan dukungan memungkinkan seseorang mempersepsi masalah yang dihadapi tidak terlalu menekan.

Hubungan erat dengan banyak teman dan keluarga sangat berarti untuk kesehatan kita, baik dalam keadaan stres maupun tanpa stres.

Relasi Sosial dan Kebahagiaan
Relasi sosial yang erat tak hanya memiliki efek positif terhadap kesehatan, melainkan juga kebahagiaan. Ini merupakan kesimpulan dari berbagai penelitian yang dirangkum Myers.

Masyarakat berbudaya individualis seperti Amerika, Kanada, mengutamakan kemandirian, privacy, dan kebanggaan terhadap prestasi pribadi. Sementara masyarakat berbudaya kolektivis seperti Indonesia, Jepang, Korea, Italia, Spanyol, dan lain-lain, yang mengutamakan ikatan sosial, lebih menjanjikan perlindungan dari kesepian, keterasingan, perceraian, hingga stres karena penyakit.

Meski demikian, dalam masyarakat individualis pun, mereka yang memiliki hubungan erat dalam berbagai kelompok sosial, juga menunjukkan kepuasan hidup yang lebih tinggi dibanding yang individualistis. Bagaimanapun, relasi sosial yang erat sangat berharga dalam hidup kita. Pada dasarnya kita ”dipanggil” untuk hidup sehat dan bahagia, salah satu jalan utamanya adalah memiliki hubungan erat dengan orang-orang di sekeliling kita.

Tahun 2001, seorang rohaniwan yang mendalami psikologi pernah menyatakan bahwa psikologi hanya membicarakan kulit luar. Maksudnya, psikologi tidak membahas spiritualitas, berarti hanya membahas bagian yang dangkal dalam jiwa manusia. Untunglah, ternyata psikologi akhirnya berkembang lebih holistik, termasuk spiritualitas, sebab spiritualitas merupakan bagian inti jiwa manusia.

Dengan spiritualitas yang berkembang selama masa puasa, semoga kehidupan sosial kita juga berkembang lebih harmonis. Dan akhirnya kita menjadi lebih sehat dan bahagia.

Riset membuktikan
• Mahasiswa-mahasiswa yang merasa paling bahagia adalah yang merasa puas dengan kehidupan cintanya.
• Mereka yang menikmati hubungan erat lebih dapat mengatasi berbagai stres yang meliputi duka cita, perkosaan, kehilangan pekerjaan, dan penyakit.
• Dari 800 alumnus sebuah perguruan tinggi di Amerika, yang lebih memilih ”penghasilan tinggi, sukes pekerjaan, dan prestis” (tidak memilih ”memiliki sahabat-sahabat dekat dan relasi perkawinan yang erat”), menggambarkan dirinya sebagai ”sedang” atau ”sangat” tidak bahagia.
• Bila ditanya ”Apakah yang diperlukan untuk kebahagiaan Anda?”, atau ”Apa yang membuat hidup Anda penuh makna?”, hampir semua responden menyebutkan: terutama adalah kepuasan dalam hubungan erat dengan keluarga, teman-teman, dan pasangan.
Demikianlah, berbagai penelitian telah membuktikan bahwa kebahagiaan ternyata tidak jauh-jauh dari tempat di mana kita berada.

M M Nilam Widyarini M.Si
Kandidiat Doktor Psikologi


sumber:health.kompas.com

photo:tarunaalhadiid@flickr.com

Cemburu Menguras Hati

Posted by Mochammad Reza


Indahnya masa lalu…
Tergores amarahku…
Cemburu menguras hati…
Galau kini menyiksa diri…


Apa yang kamu rasakan bila melihat sang pujaan hati berjalan dengan seorang yang lain? Apa yang kamu rasakan jika melihat orang tua lebih memperhatikan saudara kita yang lain? Apa yang akan kamu lakukan jika merasakan itu semua? Jantung ini terasa berdetak semakin cepat dari biasanya. Rasanya seperti mau copot. Lalu muncul perasaan marah yang jika tidak dapat dikendalikan, maka akan muncul tindakan-tindakan lainnya yang akan mengarah ke tindakan negatif. Hal semacam itulah yang dinamakan dengan cemburu. Pertanyaannya kemudian adalah pernahkah kamu merasa cemburu? Mudah-mudahan kamu menjawab: pernah.


Sifat cemburu sebenarnya merupakan naluri pada setiap manusia. Jadi, sebagai makhluk hidup, khususnya manusia, mempunyai perasaan cemburu merupakan hal yang wajar sebagai bagian dari emosi kita. Hal itulah yang akan memberi warna dalam hidup. Namun jangan salah, bahkan seekor hewan pun bisa merasa cemburu. Walaupun dalam hewan mungkin saja tidak ada yang namanya emosi, melainkan insting. Ada yang bilang bahwa cemburu merupakan ekspresi rasa sayang kita. Sering kita mendengar sebuah kasus pembunuhan hanya karena cemburu pada pacarnya. Istilah nge-trendnya cemburu buta. Bila dipikirkan sejenak, kejadian-kejadian tersebut kadang tidak logis. Tetapi memang seperti inilah adanya. Seperti cinta, yang tak pernah logis. Sekali lagi karena cemburu merupakan salah satu bagian dari emosi jiwa kita. Yang bisa kita lakukan adalah mengendalikan emosi tersebut.

Perhatikan sepenggal lirik lagu di atas. Lagu yang dibawakan oleh Vidi Aldiano ini menjelaskan pada kita bahwa cemburu memburamkan hal-hal indah yang pernah terjadi, hati kian tersiksa, lalu kemudian berdampak buruk pada anggota badan. Meski lagu di atas bercerita penyesalan mendalam seorang yang terlalu cemburu terhadap kekasihnya, namun mari kita renungkan lebih dalam bila cemburu ini mewakili seluruh emosi serta pikiran kita yag bersifat negatif. Kasus bunuh diri yang kian marak di negeri tercinta merupakan sebuah indikator tingkat kecerdasan emosi yang rendah. Dalam berbagai himpitan ekonomi, kehidupan yang dirasa kian rumit, serta kebutuhan-kebutuhan psikologis yang tidak terpenuhi, membuat kita menjadi lupa diri dan berpikir pendek. Ary Ginanjar dalam bukunya Emotional Spiritual Quotient (ESQ) menerangkan pentingnya kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dibandingkan dengan kecerdasan intelektual. Banyak orang pintar (baca: ber-IQ tinggi), namun diimbangi dengan tingkat stres yang tinggi pula. Bila dikaji lebih dalam, banyak hal yang menyebabkan tingkat stres yang meningkat. Salah satunya adalah kurangnya interaksi sosial. Efek jangka panjangnya adalah bunuh diri atau membunuh organisme yang ada di dalam tubuh kita. Oleh karena itulah pengendalian emosi negatif diperlukan. Tidak boleh dibiarkan berlarut karena cemburu menguras hati.

Dari Dansa Hingga Musik Jazz (Bagian I)

Posted by Mochammad Reza




Akhirnya kutuangkan juga ide-ide yang selama ini hanya mengendap dalam pikiran. Ini hanyalah merupakan cerita yang ingin kubagikan melalui tulisan tanpa makna...

Semula berawal dari salah seorang teman yang mengundangku dan beberapa teman untuk dapat hadir dalam sebuah pesta. Nadia namanya. Kami berkenalan di salah satu lembaga bahasa terkemuka di kota Jogja. Kabarnya, pesta itu merupakan momen yang spesial. Kakak perempuan Nadia akan melangsungkan pesta pernikahan. Mendengar berita bahagia itu, aku pun menyanggupi untuk hadir. Yah, kalau boleh jujur sih sebenarnya sekalian refreshing setelah penat beraktivitas rutin. Setelah berkoordinasi dengan cukup alot, akhirnya kami sepakat untuk datang pada acara tersebut mengingat Nadia akan melanjutkan studinya di Paris, Perancis. Sebuah kota yang kata orang merupakan kota paling romantis di dunia



Suasana pagi itu bising sekali. Di sana, di ruang publik itu nampak ramai. Hiruk pikuk serta lalu lalang setiap orang yang beraktivitas di sana menambah kesan sibuk. Akan tetapi, suasana yang demikian tak mampu menutupi perasaan gembiraku. Jiwa-jiwa petualang begitu bergejolak. Terbersit sedikit perasaan bersalah karena tak dapat ikut serta bersama teman-teman dari kampus yang telah kukompori mengadakan bakti sosial hari itu. Tapi, bak pejabat gedongan, hal itu kuanggap angin lalu.

Aku dan temanku yang memang sengaja berangkat bersama, bertemu dengan kedua teman yang telah lama menuggu. Memang dasar jiwa-jiwa tak disiplin ini!! Tak pernah tepat waktu. Malu jadinya. Hal yang memang tak pantas untuk ditiru. Mari kuperkenalkan teman-temanku itu. Seseorang yang datang bersamaku bernama Yusuf, tapi lebih sering dan lebih pantas dipanggil Ucup. Sedangkan kedua teman yang telah menunggu tadi bernama Taruna dan Ichsan. Dengan model ala backpacker, kami berempat siap berangkat.

***

Perasaan bosan sudah menyelimuti sebagian besar orang yang ada di situ. Sudah hampir tiga jam lebih kami berada dalam gerbong hingga penat dan lelah pun tak terhindarkan. Dalam situasi yang demikian terlihat dari balik kaca jendela keramaian kota. Seketika pula raut wajah berseri kembali. Perlu diketahui, sejam-dua jam pertama aura keceriaan masih melekat pada kami. Kegiatan-kegiatan autis dan di luar batas kewajaran masih sering dilakukan menunjukkan euphoria sesaat. Setelah itu, teror kesunyian mulai mengancam.

Lajunya perlahan berhenti. Gesekan-gesekan antara roda dan rel mulai berteriak keras. Masinis pun membunyikan “klakson” tanda sudah hampir sampai. Penumpang pun segera bersiap turun. Sayang, panasnya hari menyambut kami. Sesaat kemudian kami pun menjejakkan kaki di Semarang, kota bandeng presto. Kaki yang akan menjadi bukti bahwa jalan kaki dari stasiun hingga Lawang Sewu sangat melelahkan. Don’t try this at home, Bro! Capek…Sumpah!!
Dengan nafas berat serta betis yang mulai kaku, akhirnya kami berempat tiba di Lawang Sewu. Konon, tempat tersebut sering dijadikan wisata misteri di kota itu. Aneh. Aneh karena wisata kok ya ke tempat yang serem-serem kayak gitu. Tak ingin dianggap orang yang merugi, kami pun memasuki bangunan tua renta tersebut. Bangunan yang didirikan pada zaman penjajahan Belanda itu masih berdiri kokoh meski harus dilakukan pemugaran berkali-kali.

Mengelilingi bangunan itu serasa dibawa ke masa kompeni berkuasa. Lorong-lorong yang dibiarkan gelap dan tak terawat serta udara yang lembab menjadikannya semakin angker. Biar angker bagaimanapun, kami masih tetap bisa tertawa, memasang senyuman paling sumringah untuk diabadikan dalam kamera (untung aja masih siang). Perjalanan kami tak berhenti sampai di situ. Kami harus melanjutkan perjalanan mencari tempat beristirahat serta berganti pakaian karena pesta akan dilaksanakan malam itu. Dan itu berarti kami harus memaksa lagi kaki kami untuk terus berjalan. Oh, Tuhan begitu beratnya cobaan-Mu itu.

Dengan bantuan taksi, sampai juga kami di tempat penginapan. Sebelumnya kami sudah berjalan kaki berkilo-kilometer mencarinya dengan hasil nihil (beneran capek banget, mana kaki udah pegel-pegel, terus waktunya juga mulai mepet). Ironisnya penginapan kami tersebut tak jauh dari tempat kami pertama kali menjejakkan kaki, daerah stasiun.

Kami ingin beristirahat sejenak…

--it’s the end of part I--

Menyelami Jiwa Lewat Tulisan Tangan

Posted by Mochammad Reza


oleh: IVAN SURYANA

Tulisan tangan memiliki kaitan erat dengan kondisi jiwa kita. Bagaimana cara membacanya…?

Seorang ahli ilmu jiwa mengatakan bahwa tulisan adalah gambaran jiwa seseorang. Sehingga bagi orang yang ahli bagaimana situasi kepribadian seseorang bisa terbaca lewat tulisan tangannya. Namun tentunya bukan ditebak begitu saja secara sembarangan, karena untuk yang satu ini perlu menguasai ilmunya.
Bila diantara pembaca Misteri ada yang berminat membaca tulisan tangan dan isi makna yang terkandung di baliknya, silahkan ikuti intisari ilmu membaca rahasia dibalik tulisan tangan atau Graphologi, lewat artikel ini!
Namun sebelumnya perlu Anda catat bahwa yang namanya dunia ramal-meramal, tidak mungkin akan didapatkan kebenaran yang mencapai 100 persen. Demikian pula dalam meramal kepribadian seseorang lewat tulisan tangannya.
Walaupun tafsiran dari tulisan tangan itu tidak mencapai akurasi sampai 100 persen, namun toh sangat berguna sekali, terutama bagi mereka yang bergerak dalam bidang yang berurusan dengan personalia. Misalnya saja, ketika dibuka lowongan kerja baru, biasanya banyak berdatangan surat lamaran kerja yang masuk. Dan seorang manajer di sebuah perusahaan, atau siapapun ingin agar mempunyai bawahan atau teman kerja yang berkepribadian baik, oleh karenanya layak juga setiap surat lamaran kerja diprioritaskan dengan ditulis dengan bentuk tulisan tangan, yang ditulis sendiri oleh si pelamar yang bersangkutan. Lewat tulisannya ini, Anda bisa membaca kepribadian calon pekerja atau bawahan Anda.Menurut Grafologi, sedikitnya ada enam hal yang bisa kita gunakan dalam metode membaca kepribadian seseorang melalui tulisan tangannya. Uraian secara garis besarnya adalah sebagai berikut:

1. BESAR KECILNYA TULISAN
Dilihat dari sudut pandang besar kecilnya tulisan terdapat empat kriteria penting yaitu: kecil, sedang, besar, dan sangat besar.
Tulisan yang berukuran kecil menunjukkan sifat pendiam, sering menyendiri tapi punya otak yang cemerlang dan pikirannya selalu ilmiah. Orang dengan tulisan seperti ini nalarnya logis.
Tulisan tangan yang ditulis kecil-kecil tapi jelas mudah untuk dibaca menunjukkan penulisnya pandai, juga punya konsentrasi kuat, walau sayang tipe ini kadang suka sekali menonjolkan keilmuannya. Sedangkan jika tulisan tangan kecil dan susah membacanya berarti sang penulis adalah orang bertipe mandiri dalam hidupnya.
Tulisan tangan sedang, mengandung makna bahwa penulisannya adalah orang yang sangat terpaku kepada tradisi kuno, atau hal-hal yang bersifat formil modern. Tipe ini sangat jitu dalam penggunaan logika untuk dasar referensi keputusan-keputusannya.
Jenis tulisan tangan yang besar menunjukkan besarnya ambisi seseorang namun murah hati dan selalu ingin dihargai oleh orang lain, di samping suka melebihkan omong-omongan yang kurang perlu. Sedangkan untuk jenis tulisan tangan yang sangat besar menunjukkan bahwa penulisnya sangat hati-hati dalam segala hal, gemar membuat perhatian bagi sekelilingnya, banyak over aktingnya dalam mencari perhatian, ingin selalu tampil di depan, karena dia gemar berpetualang kemana-mana, mengikuti panggilan jiwanya.
2. GAYA TULISAN
Dalam spesifikasi Gaya Tulisan ini terbagi ke dalam lima sub. Masing-masing, adalah:
- Gaya sambung biasa
Orang yang punya model tulisan begini biasanya senang memberi respon pada setiap masalah, bisa menerima ide dari orang lain, mudah bergaul dan disenangi teman. Baginya berbakat untuk menjadi seorang pemimpin.
- Gaya sambung berbentuk petak
Mengandung arti penulisnya mudah dipengaruhi, selalu menilai enteng setiap persoalan, hingga tindakannya kadang terkesan sembrono, tanpa pemikiran matang.
- Gaya Sambung Berliku
Tulisan yang banyak luka-likunya, mengandung makna bahwa penulisnya sangat formil, hati-hati dan sering menonjolkan status, namun umumnya sifat mereka pendiam, gemar menyendiri dan biasanya banyak memiliki keahlian atau bakat.
- Gaya Lurus dan Lancip
Tulisan tangan model demikian menunjukkan penulisnya orang agresif, sangat tekun mengerjakan sesuatu, walau kadang enggan berkompromi dengan orang lain. Bila lancipnya pada huruf awal saja maka pertanda dirinya orang yang banyak mengalami konflik psikologis, sehingga kadang bersikap agresif.
- Gaya Campuran
Bentuk tulisan bersambung yang tak karuan menuliskan cepat, dan kadang sukar membacanya hal ini mengandung arti bahwa penulisnya adalah orang yang biasa berpikir cepat, kreatif tapi paling tersinggung kalau dikritik. Bahkan, bila tidak sesuai dengan kehendaknya jangan harap orang bisa mendapatkan bantuannya karena dia paling doyan mengelak dalam memberi pertolongan.

3. KEMIRINGAN TULISAN
Bentuk kemiringan tulisan tangan, apakah itu miring ke kiri atau ke kanan, atau tegak lurus. Mereka yang tulisannya miring ke kiri menunjukkan penulisnya bersikap tertutup (introvet). Segala sesuatu diukur menurut penilainnya sendiri atau menurut ukuran masa lampau. Disamping mempunyai sikap konservatif, orang dengan tipe tulisan ini sangat individualis.
Jenis tulisan miring ke kanan, menandakan orang yang ramah, aktif dan bersikap terbuka (extropet), berani menghadapi tantangan baru. Dalam bekerja kata hatinya merupakan power yang penting, tapi dalam hal yang kurang dikuasai dia lebih banyak untuk menanyakan kepada ahlinya.
Tulisan tangan yang bentuknya tegak, mengandung arti bahwa penulisnya adalah tipe orang yang tak suka banyak diatur. Baginya dia adalah miliknya sendiri, kebebasan menjadi hobinya dalam mengerjakan sesuatu tindakan, namun kontrol diri tidak pernah lepas dalam memilah dan memilih hal yang dianggapnya positif.

4. TEKANAN TULISAN
Bila kita memperhatikan bekas tulisan tangan seseorang akan ditemukan tampak goresan tekanan tulisan seperti tercetak di baliknya. Dengan memperhatikan bekas goresan yang tercetak di balik kertas kita akan dapat mengetahui dan menebak bagaimana kepribadian dan tingkah laku si penulisnya.
Tekanan yang halus berarti pembawaannya tenang, tapi mudah atau tidaknya dibaca itu bukan persoalan. Sedangkan tulisan yang bekas tekanannya tercetak jelas di belakangnya menandakan penulisnya punya sifat kaku dan formal. Karenanya orang ini sulit untuk bisa cepat menyesuaikan diri dalam pergaulan, namun dia menganggap bersikap demikian penting baginya agar dihargai orang lain.

5, BENTUK HURUF AWAL
Diantara orang ada yang gemar memainkan bentuk tulisannya, terutama bentuk awal tulisannya. Beberapa ciri dan kecenderungan karakter si penulis adalah sebagai berikut:
- Bentuk Jangkar
Disebut bentuk jangkar karena memang huruf awal tulisnya dalam bentuk jangkar. Tulisan ini memberi tanda bahwa yang memiliki tulisan cenderung bersikap kurang dewasa dan kurang percaya diri dalam menjalani hidup. Dia banyak bersikap pasif.
- Bentuk Busur
Disebut bentuk busur karena memang bentuk awalnya membentuk busur seperti ditarik. Pemilik tulisan ini biasanya cepat puas dengan hasil yuang dicapai, dan hidupnya sangat berpandangan kuat akan nilai-nilai religius.
- Bentuk Memanjang
Huruf awal memanjang yang dituliskan pelan-pelan, menunjukkan bahwa orangnya terlalu berhati-hati dalam merencanakan masa depan. Panjanganya huruf awal menunjukkan kelambatan kerja dan pemborosan waktu.
- Bentuk memanjang dari bawah
Bentuk memanjang dari bawah bila digoreskan secara kilat menunjukkan penulisannya orang yang agresif dan cepat menyelesaikan pekerjaan, disamping gemar melakukan berbagai eksprimen.

6. BENTUK HURUF AKHIR
Bentuk akhir kata yang dituliskan, menunjukkan sikap sosial dan kualitas penulisnya. Tentang huruf akhir ini ada tiga model. Masing-masing, adalah:
- Bila huruf akhir suatu kata ditulis memanjang, mengandung pengertian bahwa orang itu memiliki kemurahan hati, rasa sosialnya besar.
- Bila huruf akhir memanjang ke atas, berarti penulisnya menyukai kemewahan, disamping idealis dan punya semangat yang tinggi.
- Bila huruf akhir menyilang berarti tidak segan mengritik diri sendiri apabila perbuatannya memang salah atau keliru.

Demikianlah sekilas tentang membaca rahasia tulisan tangan menurut Grafologi. Mudah-mudahan urian singkat ini bermanfaat.

sumber: http://mystys.wordpress.com/2008/03/13/menyelami-jiwa-lewat-tulisan-tangan/