RSS Feed

Cemburu Menguras Hati

Posted by Mochammad Reza


Indahnya masa lalu…
Tergores amarahku…
Cemburu menguras hati…
Galau kini menyiksa diri…


Apa yang kamu rasakan bila melihat sang pujaan hati berjalan dengan seorang yang lain? Apa yang kamu rasakan jika melihat orang tua lebih memperhatikan saudara kita yang lain? Apa yang akan kamu lakukan jika merasakan itu semua? Jantung ini terasa berdetak semakin cepat dari biasanya. Rasanya seperti mau copot. Lalu muncul perasaan marah yang jika tidak dapat dikendalikan, maka akan muncul tindakan-tindakan lainnya yang akan mengarah ke tindakan negatif. Hal semacam itulah yang dinamakan dengan cemburu. Pertanyaannya kemudian adalah pernahkah kamu merasa cemburu? Mudah-mudahan kamu menjawab: pernah.


Sifat cemburu sebenarnya merupakan naluri pada setiap manusia. Jadi, sebagai makhluk hidup, khususnya manusia, mempunyai perasaan cemburu merupakan hal yang wajar sebagai bagian dari emosi kita. Hal itulah yang akan memberi warna dalam hidup. Namun jangan salah, bahkan seekor hewan pun bisa merasa cemburu. Walaupun dalam hewan mungkin saja tidak ada yang namanya emosi, melainkan insting. Ada yang bilang bahwa cemburu merupakan ekspresi rasa sayang kita. Sering kita mendengar sebuah kasus pembunuhan hanya karena cemburu pada pacarnya. Istilah nge-trendnya cemburu buta. Bila dipikirkan sejenak, kejadian-kejadian tersebut kadang tidak logis. Tetapi memang seperti inilah adanya. Seperti cinta, yang tak pernah logis. Sekali lagi karena cemburu merupakan salah satu bagian dari emosi jiwa kita. Yang bisa kita lakukan adalah mengendalikan emosi tersebut.

Perhatikan sepenggal lirik lagu di atas. Lagu yang dibawakan oleh Vidi Aldiano ini menjelaskan pada kita bahwa cemburu memburamkan hal-hal indah yang pernah terjadi, hati kian tersiksa, lalu kemudian berdampak buruk pada anggota badan. Meski lagu di atas bercerita penyesalan mendalam seorang yang terlalu cemburu terhadap kekasihnya, namun mari kita renungkan lebih dalam bila cemburu ini mewakili seluruh emosi serta pikiran kita yag bersifat negatif. Kasus bunuh diri yang kian marak di negeri tercinta merupakan sebuah indikator tingkat kecerdasan emosi yang rendah. Dalam berbagai himpitan ekonomi, kehidupan yang dirasa kian rumit, serta kebutuhan-kebutuhan psikologis yang tidak terpenuhi, membuat kita menjadi lupa diri dan berpikir pendek. Ary Ginanjar dalam bukunya Emotional Spiritual Quotient (ESQ) menerangkan pentingnya kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dibandingkan dengan kecerdasan intelektual. Banyak orang pintar (baca: ber-IQ tinggi), namun diimbangi dengan tingkat stres yang tinggi pula. Bila dikaji lebih dalam, banyak hal yang menyebabkan tingkat stres yang meningkat. Salah satunya adalah kurangnya interaksi sosial. Efek jangka panjangnya adalah bunuh diri atau membunuh organisme yang ada di dalam tubuh kita. Oleh karena itulah pengendalian emosi negatif diperlukan. Tidak boleh dibiarkan berlarut karena cemburu menguras hati.

0 comments:

Posting Komentar